Surat kabar milik Muhammadiyah ini pada awal penerbitannya didanai dari hasil penderma warga Muhammadiyah saja dan dibagikan secara gratis kepada warga Muhammadiyah. Dalam sejarahnya surat kabar ini sempat berhenti terbit di era 1917-1918 akibat manajemen yang kurang profesional.

Pada 1919, surat kabar yang kemudian menjadi majalah Suara Muhammadiyah ini kembali terbit dengan manajemen yang lebih baik. Pada 1922 surat kabar Muhammadiyah ini mulai menggunakan bahasa melayu meskipun masih ada rubrik dengan bahasa dan tulisan Jawa.

Dalam perkembangannya pada 1925, Soeara Moehammadijah mengeluarkan halaman khusus untuk perempuan berupa Isteri-Islam yang merupakan cikal bakal berdirinya majalah soeara ‘aisjijah. Karena kondisi politik yang cukup sulit di era 1940-1943 surat kabar Muhammadiyah ini hanya mampu terbit enam bulan sekali dengan jumlah cetakan terbatas.

Bahan baku yang sulit dan sangat mahal serta kolonialisme Jepang telah membuat surat kabar lain tutup cetak, namun surat kabar milik Muhammadiyah ini mampu bertahan meski dalam jumlah terbatas. Surat kabar  Muhammadiyah ini resmi terbit sebagai sebuah majalah mingguan pada 1951 meskipun hanya mampu terbit sebulan sekali.

Namun  pada 1965, majalah ini menjadi majalah dwi mingguan dan berganti menjadi Suara Muhammadiyah sejak 1977 hingga sekarang. Dikatakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga Pimpinan Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah Haedar Nashir, sejak berdirinya Suara Muhammadiyah konsen pada empat hal yaitu ketablighan (Islam yang kemajuan), pencerdasan umat (lewat bahagian pendidikan), kesejahteraan umat, dan bahagian pustaka sebagai representasi semangat keilmuan.

“Dalam konteks kekinian, Suara Muhammadiyah itu telah menjadi corongnya Muhammadiyah untuk menyebarkan gagasan pikiran Islam  untuk kemajuan bangsa dan negara,” katanya. Dan seiring dengan perkembangan jaman Suara Muhammadiyah juga menyadarai kemajuan pandangan Islam bagi umat, bangsa dan  negara.

Karena itulah Suara Muhammadiyah juga melakukan revitalisasi tema dan gagasan dalam penyebaran pemikiran Islam tersebut dari tema dakwah amar makruf nahi munkar, menjadi meneguhkan, dan mencerahkan. Revitalisasi ini dilakukan seiring  dengan gerakan Muhammadiyah kekinian yang membawa spirit pemurnian Islam dalam akidah dan ibadah namun aktualisasi dalam akhlak dan muamalah.

“Suara Muhammadiyah ingin menyebarkan pandangan Islam yang kosmopolit dan rahmatan lil ‘alamin,”
ujarnya.

*) Dikutip dari http://www.republika.co.id

Empat Sasaran Dakwah Suara Muhammadiyah

Tinggalkan Balasan